1.
Curug
Cihangawar
Curug Cihangawar terkenal di
kalangan pecinta alam lokal karena airnya masih jernih dan lumayan deras
sehingga cocok untuk mandi-mandi. Letaknya juga bersahabat karena masih dapat
ditempuh dengan kendaraan roda 2 dan roda 4. Untuk kendaraan roda 2bisa sampai
ke lokasi curug, sedangkan kendaraan roda 4 harus parkir di batas perkebunan
teh. Curug ini terletak di Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut. Jalan menuju
Curug Cihangawar dari jalan raya Tasik-Garut, di wilayah kecamatan Cilawu,
yaitu di simpang jalan menuju perkebunan PTP VIII Dayeuh Manggung. Dari simpang
ke lokasi perkebunan teh kurang lebih 5 km melalui jalan aspal. Kemudian dari
batas perkebunan masuk ke jalan tanah hingga batas antara kebun teh dengan
kebun pinus.
Pemandangan kebun teh yang
hijau subur mengawali jalan-jalan ke curug yang menyenangkan. Sejauh mata
memandang hamparan kebun teh ditambah dengan udara pegunungan yang cukup
dingin. Apabila kita datang masih pagi akan nampak pemetik teh tersebar di
antara rimbunnya pepohonan teh. Jalan di dalam kebun teh hanya berupa tanah
keras dengan batuan kerikil dan semakin ke dalam akan semakin sempit dan
bertanah. Sampai akhirnya mobil tidak bisa lagi terus sehingga apa boleh buat
parkir di kebun teh. Dari batas parkir mobil ke lokasi curug jaraknya kurang
lebih 2 km. Kalau beruntung ada motor penduduk melintas yang bisa disewa ke
lokasi curug. Tetapi tidak ada salahnya berjalan kaki, hitung – hitung olahraga
dan toh nantinya akan bemain dengan air terjun yang dingin menyegarkan.
Lokasi curug berada di antara kawasan
perkebunan dengan areal pertanian milik masyarakat. Namun pengelolaan dilakukan
oleh karang taruna sestempat. Pengunjung dikenakan biaya masuk Rp. 3.000 per
orang. Fsilitas wisata masih tergolong minim, tetapi lumayan. Ada pondok yang
kurang terpelihara, tempat untuk sekedar berteduh.
Curug Cihangawar hanya
memilki ketinggian sekitar 20 m. Air yang keluar cukup deras, jernih dan
dingin. Di kolam penampungan airnya cukup dingin, sangat menyegarkan untuk
mandi disana. Kedalamannya lumayan sekitar 1,5 m di tempat terdalam. Dengan
kedalaman itu, apabila kita berendam sangat terasa dingin menggigit. Bagian terdalam
tersebut berada tepat di bawah pancuran air terjun. Sehingga apabila kita
berendam di tempat tersebut sangat terasa sensasinya karena menerima pancuran
air dingin. Cobalah, sangat menyenangkan dan menyegarkan
2.
Curug
Cimandi Racun
Curug Cimandi Racun atau
Curug Cibuni Racun begitu orang menyebutnya juga sudah dikenal para pecinta
curug. Terletak di lereng Gunung Mandalawangi, tepatnya di Desa Jangkurang,
Kecamatan Leles. Jalan menuju ke sana melalui jalur lintas alternatif ke
Bandung yaitu jalan Cijapati ke arah Majalaya. Jalan aspal yang masih relatif
bagus tapi medan topografinya yang lumayan ekstrim naik turun ditambah dengan
lebar jalan cukup sempit sehingga harus hati-hati dalam berkendara. Tanda-tanda
jalan masuk ke curug tidak ada dan banyak juga penduduk setempat yang tidak
tahu. Namun sebagai patokan adalah jalan beton yang dibuat dua jalur pas untuk
roda.
Jalan beton tersebut
melewati perkampungan dan lahan kering pertanian (tegalan). Setelah daerah
perkampungan habis jalan betonpun berganti dengan jalan tanah keras hingga
penghabisan jalan. Disinilah kita bisa menaruh mobil, dan selanjutnya kita
harus berjalan kaki. Masyarakat jarang yang melintas sehingga susah
mengharapkan dapat sewaan ojek. Tapi tak mengapa, pemandangan tanah pertanian
yang masih asri akan menemani perjalanan sejauh ± 2 km. Siap ya
Perjalanan pertama relatif
datar melewati lahan milik penduduk dengan aneka tanaman semusim diselingi
dengan pepohonan buah. Sampailah pada persinggahan pertama yaitu semacam tanah
datar relatif sempit. Dahulu mungkin pernah ada pondokan. Disini cukup bagus
untuk mengambil foto karena panorama kejauhan yang menarik.
Perjalanan sesungguhnya
dimulai, karena jalan yang menurun cukup curam (kebayang deh nanti naiknya).
Pijakannya adalah batu-batuan besar dan tanah, cukup licin kalau musim hujan.
Dan lumayan, sudah medannya curam jaraknya agak jauh dan berkelok, kurang lebih
300 meter sehingga cukup menguras tenaga.
Akhirnya sampailah pada
curug yang dicari. Air yang mengalir dari mata air di bagian atas melewati
seperti tumpukan batu besar sehingga kesannya air terjunnya meliuk. Mengingat
kondisinya berupa batu-batu besar dan licin sehingga harus hati-hati bila
hendak merasakan siraman air terjun. Tapi tak mengapa, apalagi untuk
mendapatkan posisi foto yang indah, agak nyerempet-nyerempet bahaya.
Oya, ada pondok kecil di
tepi curug, Biasanya ada kuncen. Sekedar tahu saja, curug ini juga dipakai bagi
orang-orang yang ingin mencari sesuatu yang irasional. Jangan diikuti ya,
mendingan kerja aja yang rajin biar dapat duit banyak
3.
Curug
Citiis
Menuju ke lokasi ini
termasuk yang sangat menantang karena terletak di kaki Gunung Guntur dengan
jarak tempuh dari pos lapor pendaki sejauh kurang lebih 15 km. Pilihan menuju
ke sana adalah jalan kaki dengan medan berbukit terjal, numpang truk angkutan
batu atau menggunakan kendaraan offroad dengan tenaga ekstra.
Jalur menuju lokasi ini dimulai dari jalan
raya Bandung – Garut masuk ke jalan menuju Cipanas sampai di pertigaan jalan
menuju Gunung Guntur. Seluruh masih berupa jalan aspal cukup baik. Sampai di
pos lapor pendaki, kendaraan roda empat yang bukan offroad sebaiknya diparkir
disini. Memang untuk menuju ke arah Gunung Guntur kendaraan seperti MPV masih
dapat terus tetapi hanya sampai pada tempat tertentu saja karena seterusnya
harus menggunakan kendaraan offroad.
Di lereng gunung setelah
melewati pos lapor kita langsung berhadapan dengan daerah batuan lava yang
telah membeku. Sepintas daerah itu gersang dan panas (terlebih bila kita berada
di waktu siang). Tapi bila kita pandang lebih dalam lagi tampak pemandangan
unik. Gundukan batuan lava beku yang berwarna hitam pekat dengan susunan tak
beraturan membentuk pemandangan yang unik dan cukup indah.
Berfoto dengan latar
belakang batuan lava itu seperti berada di suatu planet. Ini memang
karakteristik Gunung Guntur karena pada waktu letusan yang pernah ada lelehan
lava meluncur deras dan berhenti di sekitar lereng gunung. Di tengah daerah
bekas lelehan lava tampak menara cerobong terbuat dari beton dan sedikit sisa
reruntuhan gedung. Kemungkinan dua bekas gedung tersebut peninggalan penjajah
Belanda bila dilihat dari kokohnya bangunan yang tersisa. Silahkan berfoto ria
disini karena benar – benar unik pemandangannya.
Kita lanjutkan perjalanan
menuju curug. Penulis berangkat ke curug dengan menumpang truk angkut batuan.
Yah, tentunya kita beri uang sepantasnya ke sopir truk. Tidak semua truk sampai
ke batas terdekat dengan curug, tergantung dari lokasi galian batu yang menjadi
tujuannya. Kalau seperti itu terpaksa kita lanjutkan dengan jalan kaki atau
ikut dengan truk lain. Jalur lintas truk sangat sempit, sehingga bila
berpapasan satu sama lain maka harus ada yang mengalah. Tidak hanya truk,
pejalan kaki juga bila berjumpa dengan truk terpaksa lebih merapat ke tebing
atau menanjak sedikit.
Kondisi medan yang relatif
terbuka memberikan pandangan luas melihat kota Garut dan sekitarnya. Di
beberapa spot anda akan memperoleh pemandangan yang bagus daerah di bawah
gunung. Perjalanan dilanjutkan hingga mencapi titik akhir pendakian lereng
gunung. Dari sini sekali lagi kita memperoleh pemandangan yang indah dan
wilayah kota tampak lebih kecil lagi. Kita menuruni bukit dan masuk ke jalan
setapak dalam hutan belukar. Biasanya kalau hari weekend dan hari libur kita
menjumpai pengunjung yang jumlahnya cukup banyak sehingga kita tidak merasa
khawatir. Jangan lupa bawa kemasan air minum, tapi jangan membuang sampah
sembarangan ya.
Perjalanan menuju curug
berlanjut melalui jalan setapak sejauh 1,5 km. Selama perjalanan kita jumpai
rimbunnya pepohonan dan semak belukar serta medan yang semula landai tetapi
mendekati lokasi curug tiba – tiba menukik naik turun berbatuan. Kita jumpai
aliran sungai kecil yang merupakan aliran dari curug. Airnya sangat jernih dan
segar.
Akhirnya ketemu juga Curug
Citiis. Tidak begitu tinggi tetapi alirannya cukup deras dan dingin tentunya.
Cobalah merasakan dinginnya air curug dengan mandi di bawah pancurannya, pasti
anda rasakan seperti diguyur air es. Brrr....dingin sekali tetapi segar. Kalau
mau mencoba air curug, ambil pada bagian aliran yang paling deras. Rasa airnya
sangat segar, dan dingin. Tidak salah curug ini dinamakan Curug Citiis yang
merupakan kata dari bahasa Sunda yang berarti air dingin.
Masih ada satu curug lagi di
bagian lebih atas. Anda perlu mengambil jalan melalui semak belukan dan
memanjat batuan besar. Tidak jauh tetapi jalannya cukup ekstrim. Lagi – lagi
anda temui curug yang indah dengan airnya yang dingin dan segar yaitu Curug
Citiis kedua.
Curug ini menantang anda
untuk mencoba sensasi dinginnya air yang terpancur. Kalau masih kuat setelah
tadi mandi Curug Citiis pertama, cobalah
yang kedua ini. Yang jelas kedua Curug Citiis ini benar – benar membayar
rasa lelah selama perjalanan tadi. Kenikmatan dari curug ini tidak semata –
mata dari panorama dan segar airnya tetapi juga kepuasan mencapai lokasi.
Perjalanan menuju Curug
Citiis memang melelahkan dan medannya yang sulit. Bila musim kemarau sinar
matahari terik menyengat meskipun udara tetap dingin serta jarak yang sangat jauh dan mendaki. Bila hujan
turun, terutama pada musim hujan, tidak ada tempat berteduh dan akan lebih
sulit dengan tanah berpasir dan berbatuan yang licin. Tetapi dengan hati riang
dengan tujuan mencapai lokasi curug, kesulitan cuaca dan medan dapat diatasi.
Percayalah, anda bisa.
4.
Curug Cimanganten
Curug ini tidak banyak yang
mengetahui, padahal letak lokasinya tidak jauh dari kota Garut. Terletak di
Desa Padamulya, Kecamatan Pasirwangi, yang posisinya bertetangga dengan
Kecamatan Tarogong. Bila anda mengambil jalur ke arah tempat wisata Drajat,
anda akan melalui jalur ke curug ini. Nama tempat Curug Cimanganten persisnya
berada di Kampung Patrol bila menggunakan kendaraan, sedangkan bila jalan kaki
dari Kampung Gadog. Melewati Kampung Gadog tidak begitu jauh dengan jarak
sekitar 1 km.
Sebenarnya di sekitar Curug
Cimanganten terdapat beberapa curug, yaitu Curug Cikajayaan, Curug Cikahuripan
dan Curug Cipaniisan. Sebenarnya terdapat beberapa curug lainnya yang belum ada
nama dan letaknya lebih terpencil. Curug Cimanganten itu sendiri merupakan dua
aliran curug yang berdampingan seperti layaknya pengantin.Mungkin dari fenomena
itulah diambil nama menjadi Curug Cimanganten.Keberadaan curug ini dikaitkan
dengan legenda Prabu Siliwangi, dimana dalam satu kisahnya sang Prabu pernah
beristirahat dan menemukan curug di tempat ini
Bentuk curug itu sendiri
tidak besar, dengan ketinggian sekitar 10 m dan aliran airnya tidak seberapa
besar. Hal ini karena air yang mengalir adalah dari mata air sekitar pepohonan.
5.
Curug
Kancil
Dari nama, orang mungkin
mengasosiaksikan pada hewan mungil berkaki empat. Padahal itu tidak ada hubungannya
dengan hewan cerdik itu. Nama Curug Kancil ini karena berada di kampung Kancil,
Desa Padasuka,, Kecamatan Cibatu.
Bila anda datang dari arah Bandung dan Garut
ambil jalur ke arah Wanaraja dan terus ke Cibatu. Sedangkan dari arah
Tasikmalaya, sebaiknya ambil jalur Malangbong. Di simpang Bandrek, ada petunjuk
jalan ke arah Cibatu dan masuk ke dalam jalur Cibatu. Di Desa Padasuka,
tepatnya ada terowongan kecil di bawah rel kereta api, masuk ke dalam. Jalannya
hanya pas satu mobil, sehingga perlu memberi kode terlebih dahulu. Jalan kecil
tersebut merupakan hasil gotong royong masyarakat dengan TNI yang diabadikan
pada tugu kujang di atas sebuah batu besar. Pemandangannya sangat indah.
Kita berhenti di ujung jalan yaitu sebuah SD.
Mobil dapat diparkir di samping SD atau di halaman rumah penduduk dekat tugu
kujang. Dari tugu kujang ke SD hanya 500 m. Lebih aman di halaman penduduk.
Kalau parkir dekat SD khawatir tangan-tangan jahil mencoret coret badan mobil
dengan batu. Dari SD kemudian mengikuti jalan setapak, melewati perkampungan.
Di suatu rumah panggung kemudian mendaki ke atas sampai bertemu lahan tanaman
kedelai dan padi. Jalan menyusuri pematang sampai menemui pepohonan bambu,
kemudian jalan turun ke bawah. Menyusuri di antara semak, agak sedikit menukit,
tetapi tidak jauh. Sampai kita menemui jembatan bambu, dan pintu masuk.
Lokasi curug Kancil dikelola
oleh perorangan karena merupakan tanah milik penduduk. Kita membayar semacam
tanda masuk sebesar Rp. 2.000 per orang. Di dalamnya juga ada semacam warung
kecil milik pengelola itu juga. Dan akhirnya kita jumpai Curug Kancil yang
cukup indah. Tinggi curug sekitar 25 m. Indah pemandangannya dan dingin segar
pancuran airnya. Rasakanlah sejuknya air pancuran curug tersebut, cukup dingin
membuat badan segar.
6.
Curug
Kebul
Istilah kebul dari bahasa
Sunda yang berarti debu atau asap. Disebut demikian karena sedemikian derasnya
jatuhan air curug sehingga menimbulkan pantulan seperti asap atau berair.
Terbayang oleh kita ketinggian curug tersebut dan derasnya air sehingga bis
menimbulkan efek seperti asap.
Curug Kebul memang hanya
sedikit yang mengetahui karena tempatnya jauh terpencil ditambah medan
topografinya yang cukup ekstrim dan agak berbahaya.
Secara administrasi Curug Kebul berada di
Kecamatan Banjarwangi. Berada di jalur Cikajang - Pameungpeuk, melewati Batu
Numpang dan sebelum masuk wilayah Gunung Gelap. Untuk menuju kesana harus
melalui perbukitan tanah pertanian hingga jalan terakhir di kampung. Terdapat
sedikit tanah lapang di depan masjid untuk parkir.
Perjalanan dilanjutkan
melalui perumahan penduduk, sawah, ladang, kebun rakyat dan kemudian hutan
belukar. Kita akan menemui sungai yang meskipun tidak terlalu dalam tetapi
arusnya cukup deras. Sangat berbahaya karena batuannya licin dan tidak ada
penyeberangan. Carilah pijakan yang pasti dan aman dari arus deras. Karena
sekali terbawa arus, tidak jauh dari sungai, langsung menghujam ke bawah jurang
yang tidak lain adalah tempat jatuhnya Curug Kebul.
Curug memang tinggi dan
deras airnya. Ketinggian curug diperkirakan 90 cm. Debit airnya yang sangat
deras sehingga begitu jatuh di permukaan tanah, pantulan airnya menimbulkan
efek seperti asap atau kabut tipis. Sangat indah dan megah, tidak rugi jalan
jauh dan berbahaya dibayar dengan keindahan curug. Sekaligus juga perjalanan
ini menguras fisik dan tentunya menguji adreanalin.
7.
Curug
Orok
Lokasi Curug Orog mudah
dicari karena relatif dekat dengan simpang kecamatan Cikajang. Dari simpang
tersebut kita mengambil jalan ke arah Bayongbong, melewati area batalyon
infanteri 303/Setia Sampai Mati. Di areal kompleks militer terdapat lapangan
sepakbola Sudarto yang cukup luas dan sekaligus indah karena dikelilingi
pepohonan besar. Di sebelahnya adalah lapangan tembak Sudrajat. Kedua areal
lapang tersebut letaknya strategis di daerah wisata Cikajang sehingga sering
dijadikan event pagelaran musik atau gathering perkumpulan motor mobil. Atau
kita juga dapat sekedar melepas lelah atau botram, cukup nyaman.
Jarak dari simpang Kecamatan
Cikajang, yang dikenal dengan nama Papanggungan, ke lokasi curug Orog sekitar 9
km. Perjalanan melewati lahan tanaman sayur milik penduduk dan perkebunan teh
milik PTPN VIII, Perkebunan Papandayan. Wilayah perkebunan teh menawarkan pemandangan
indah berupa hamparan perbukitan yang tertutup vegetasi hijau kebun teh bak
permadani luas.
Titik awal menuju Curug Orok
mudah ditemui karena sudah ada plang mencolok di pinggir jalan raya Cikajang –
Bungbulang. Sebenarnya Curug Orok berada dalam satu area kawasan wisata dimana
di dalamnya terdapat Curug Kembar, camping ground dan villa/restoran. Curug
Kembar berdekatan dengan Curug Orok yang menjadi bintangnya. Camping ground
dalam satu lokasi dengan villa/resto. Jalan menuju curug berupa jalan batu
tetapi masih dapat dilalui mobil. Kanan kiri jalan adalah kebun teh yang sedang
peremajaan, berbatasan dengan lahan pertanian sayuran mendekati lokasi.
Lokasi letak curug berada
dalam satu kompleks wisata yang diberi nama Wana Wisata dan Bumi Perkemahan
Angling Darma. Disana tersedia villa, restoran dan camping ground yang meskipun
sederhana tapi cukup tertata serta tentunya tempat parkir. Apabila ingin
langsung ke curug sudah terpampang jelas papan petunjuk. Kita harus jalan
melalui tangga yang meliuk, cukup panjang sekitar 200 m. Dari atas sudah
terlihat kecil pemandangan Curug Orok. Sampai di bagian tengah perjalanan
jangan lewatkan untuk memotret pemandangan Curug Orok, sangat indah.
Sampai di bawah kita benar –
benar terpana oleh kemegahan dan keindahan sekitar curug. Terbesar adalah Curug
Orok dengan tinggi sekitar 60 m dan airnya sangat deras. Kalau pas sedang atau
baru hujan air curug agak keruh, karena merupakan lanjutan dari sungai di
atasnya. Sedangkan yang curug mengalir keluar dari sela – sela batuan di
samping Curuk Orok adalah Curug Cikahuripan atau Curug Kembar. Curug ini bening
dan tidak terpengaruh dengan kondisi cuaca.
Air curug deras sekali
terutama sehabis hujan, sehingga dari jarak 3 meter terasa cipratannya, Ada
batu besar di depan curug, cocok untuk berfoto ria. Selanjutnya rasakan
segarnya air curug dengan mandi di kolam tempat jatuhnya curug. Sebenarnya
tidak hanya di kolam curug saja, sepanjang sungai Cikahuripan yang mengalir
segar juga buat bermain – main. Jangan lupa di Curug Kembar, sangat segar untuk
bermain – main. Dekat curug ada gazebo sederhana dan warung. Kalo tidak bawa
bekal bisa pesan pop mie untuk pengganjal perut, lumayan. Eitsss...ingat pesan,
jangan buang sampah sembarangan....
8.
Curug
Sangiang Taraje
Nama sanghiang taraje
terkait dengan cerita mitos jalan untuk bertemu bidadari Dewi Sumbi. Konon pula
untuk bertemu harus melalui ular besar yang bertapa di batu besar dekat curug.
Dilihat dari bentuk, sering orang menyebutnya sebagai Curug Kembar karena
terdapat dua aliran air yang sama ketinggian dan derasnya air.
Secara administrasi masuk di
Desa Pakenjeng, Kecamatan Pamulihan. Merupakan tanah milik perhutani. Dulu
pernah dikelola terbukti terdapat gardu di titik masuk tapi sekarang sudah
rusak, serta di lokasi curug terdapat semacam saung yang kemungkinan pernah
jadi tempat berteduh.
Perjalanan menuju curug ini
terbilang menantang sekaligus mengasyikkan. Jalur yang diambil adalah jalan
menuju Cikajang hingga persimpangan lalu masuk jalur menuju Bungbulang. Kita
akan melewati daerah pertanian sayuran dan perkebunan teh hingga simpang Desa
Pakenjeng. Simpang Desa Pakenjeng terbilang cukup ramai. Terdapat plang gapura
dengan tulisan Pakenjeng.
Berikutnya adalah jalan
aspal buruk melewati pemukiman penduduk, kebun teh dan lahan pertanian. Setelah
beberapa lama kita akan melewati sebuah sungai dengan hamparan batu besar.
Pemandangannya indah dan menarik untuk
berfoto sejenak. Perjalanan dilanjutkan hingga kampung terakhir, yang ditandai
ke depan jalan menyempit. Sangat disarankan untuk menaruh kendaraan roda 4
disini. Bila dipaksakan masuk, dikhawatirkan bila berpapasan dengan kendaraan
roda 4 lainnya tidak mungkin untuk menepi karena langsung berbatasan dengan
jurang dan tebing.
Kalau jalan kaki memang sangat melelahkan karena
harus naik turun bukit dengan kemiringan 45 derajat dan menempuh jarak 4 km ke
bekas pos masuk curug. Dari bekas pos tersebut masih harus menuruni lembah
sejauh 1,5 km hingga lokasi curug. Memang melelahkan.
Tidak jauh dari bekas masuk kita dapat melihat
dari kejauhan indah dan megahnya Curug Sanghyang Taraje. Curahan airnya yang
sedemikian deras yang mengalir dari 2 pancuran kembar menggambarkan besarnya
curug ini.
Ketika kita sampai di lokasi
curug, kita akan terpana dibuatnya. Ya dua curug beriringan mengucur deras dari
ketinggian kurang lebih 90 cm. Airnyapun sangat deras sehingga sangat berbahaya
apabila kita berada langsung di bawahnya. Kalau kita jeli kita dapat melihat
lengkungan pelangi di salah satu sisi curug. Ini semakin menambah indah
pemandangan. Banyak orang mengatakan kalo waktu yang ideal untuk berfoto ria
adalah antara jam 10 - 13 siang, karena faktor arah sinar matahari. Tetapi
sebagian lagi pada pagi hari karena kabut masih tersisa sehingga memberi kesan
mistis
Di dekat curug ada sebuah
batu besar yang dipercaya sebagai tempat penampakan ular besar penjaga curug.
Yang jelas keberadaan batu tersebut menambah daya pikat panorma curug.
9.
Curug Neglasari
Bila anda berkendaraan dari
kota Garut ke arah Selatan, selepas Kecamatan Cikajang anda akan jumpai
pemandangan indah berupa hamparan kebun teh. Bentuk topografi kebun teh di
Cikajang jauh lebih bergelombang dan berbukit daripada yang sering kita jumpai
di daerah puncak serta jauh lebih luas. Kebun teh sejauh mata memandang dari
bukit ke bukit terhampar permadani tebal kebun teh. Selanjutnya kebun teh
berganti dengan hutan belukar dan diselingi hutan pinus. Kurang lebih 1,5 jam
dari Cikajang, atau 2,5 jam dari kota Garut, selepas kawasan hutan kemudian
masuk kebun teh lagi. Dan disitulah letak curug yang akan dibahas ini.
Curug Neglasari berada dalam
wilayah Kecamatan Cisompet, tepatnya di desa Neglasari. Kita berhenti di jalan
masuk kebun, di suatu lekukan jalan terdapat dimana plang perkebunan PT Tatar
Anyar Indonesia, Perkebunan Neglasari.Tempat parkir mobil tidak tersedia,
satu-satunya cara adalah parkir di pinggir jalan. Disinilah cerita menuju curug
dimulai.
Keberadaan Curug Neglasari
sudah tampak dari kejauhan, dari pinggir jalan raya. Bentuk meliuk panjang
berwarna putih, sedikit kontras dari sekiarnya yang merupakan pepohonan hutan
yang rimbun. Melihat dari kejauhan sudah, terbayang di benak betapa deras dan
tingginya Curug Neglasari tersebut. Nantinya akan diketahui bahwa Curug
Neglasari tidak langsung lurus sebagai air terjun, melainkan bertingkat tujuh.
Setiap tingkat merupakan
curug yang jatuh ke sela –sela batuan lalu aliran kembali terjun ke batuan di
bawahnya dan seterusnya. Masing – masing tingkatan itu memiliki ketinggian 20 –
50 m. Dengan adanya bentuk curug bertingkat tersebut memberikan keindahan
tersendiri. Betapa tidak indah, setiap tingkatan dimana tempat air jatuh
merupakan batuan besar yang dikelilingi hutan lebat.
Lokasi curug cukup jauh.
Kita harus berjalan kaki dari pintu gerbang hingga batas kebun teh sejauh 2 km
dengan medan perbukitan melalui hamparan kebun teh. Lumayan melelahkan tapi
badan tetap terasa segar karena udara pegunungan yang dingin dan masih alami
banget. Di daerah kebun teh cocok untuk berfoto ria, sangat indah terus terang.
Setelah kebun teh kita
lewati, masuk ke daerah hutan belukar yang dselingi dengan pertanian lahan
kering. Tak ada petunjuk ke arah mana curug berada. Penulis coba ikuti jalan
setapak yang ada. Tapi begitu masuk hutan sudah tidak ada lagi jalan setapak,
sehingga hanya mengandalkan indra penglihatan dan pendengaran dengan perkiraan
arah. Mengingat waktu sudah sore, penulis tidak bisa menjumpai keberadaan
curug. Penulis hanya bisa mengabadikan gambar dari kejauhan saja. Paling tidak
sudah mempunyai gambaran mengenai bentuk dan tingginya curug.
10.
Curug
Cibadak Cihurip
Curug Cibadak dan Curug
Nyogong merupakan potensi wisata yang sangat mempersona di Kecamatan Cihurip.
Berada di daerah pegunungan yang terus menyambung dengan Gunung Gelap dengan ketinggian
tempat sekitar 800 m d.p.l, cukup dingin sejuk. Untuk menuju lokasi adalah dari
jalan raya Cikajang – Pameungpeuk, terdapat simpang jalan menuju ke Kecamatan
Cihurip. Memasuki jalan masuk ini berupa jalan aspal mulus melewati jembatan
sungai Cisanggiri yang alirannya cukup deras hingga memasuki jalan desa Cihurip
yang kondisinya berupa jalan tanah diperkeras.
Perjalanan terus hingga menuju
Desa Cisangkal. Keadaan sekitar adalah tanah pertanian dan pemukiman. Mendekati
curug kita melewati kebun rakyat dan hutan belukar. Dan setelah selesai hutan
belukar, voila.... tersembul dari
kejauhan pemandangan yang indah seakan mengajak kita untuk segera mendekat.
Begitu kita langsung berada di depan curug barulah ketakjuban kita benar –
benar keluar. Subhanallah, kata spontan itu yang pertama terucap. Mutiara
tersembunyi, jauh dari keramaian, kurang lebih seperti tujuan petualangan di
dalam film – film Hollywood, tempat sakral nan indah.
Rasanya sudah cukup
memberikan keteduhan di hati menikmati pemandangan sambil duduk di atas
pembatas jembatan. Belum lagi lingkungan
sekitarnya yang asri dan segar memberikan suasana teduh. Ingin merasakan
kesejukan curug, sebaiknya mencoba di tingkat terbawah curug. Alirannya cukup
deras tetapi aman karena tanah relatif datar. Airnya sangat jernih dan dingin
segar karena langsung dari hulu sungai. Alhamdulillah belum banyak terjadi
erosi di atasnya sehingga airnya betul – betul jernih. Sampah plastik dan
grafiti jugatidak ada. Dalam hati kecil,
moga – moga tidak banyak pengunjung, karena biasanya setelah ramai dikunjungi
masalah klasik itu pasti akan muncul.
Untuk yang memiliki peralatan lengkap, kondisi
tubuh fit dan ingin uji adreanalin, cobalah memanjat batu besar hingga
mendekati puncak curug. Akan ada pemandangan yang sangat menakjubkan. Pesan
saya, yang sudah berhasil dimohon untuk mengunggah ke internet.
Sebenarnya sebelum Curug Cibadak ada Curug
Cipeuteuy. Tetapi lokasinya masuk ke pelosok hutan belukar. Sayang waktu
terbatas sehingga tidak sempat mengeksplorasi lebih jauh. Untuk perjalanan
pulang kita balik arah karena jalan Desa Cisangkal merupakan jalan buntu.
Jangan lupa, tidak pernah meninggalkan sampah dan grafiti di bebatuan. Selamat
bertualang.
11.
Curug Nyogong dan Curug Cibaliuk Naga
Curug Nyogong memang searah
dengan Curug Cibadak, tetapi hanya sampai sampai pertigaan Desa
Mekarwangi. Saya menyarankan datang
lebih awal (pagi) agar cukup waktu, paling tidak jam 10 sudah sampai di simpang
jalan Cihurip. Terlebih dahulu mengunjungi Curug Nyogong karena harus ditempuh
dengan jalan kaki baru Curug Cibadak
yang masih bisa dinikmati dari pinggir jalan.
Dari persimpangan ke Desa
Mekarwangi menempuh jalan sekitar 3 km untuk mencapai Balai Desa Mekarwangi. Di
balai desa ini merupakan tempat terakhir kendaraan roda 4 dan roda 2.
Selanjutnya kita harus menempuh jalan
setapak sejauh kurang lebih 2 km hingga
lokasi Curug Nyogong. Perjalanan kita bergerak menuruni bukit dan
menanjak lagi melewati sawah kemudian kebun masyarakat dan belukar.
Kurang lebih 800 m kita terlebih dahulu sampai
di suatu tempat untuk melihat dari kejauhan Curug Nyogong dan Curug Cibalinaga.
Subhanallah, luar biasa keindahan yang diciptakan Allah SWT, Tuhan YME, karena
aliran air dalam jumlah besar melewati batuan besar. Benar – benar lukisan alam
ini sangat sulit untuk dicari kata – kata yang menggambarkan keindahannya.
Tidak kalah keindahan ini dengan gambaran dalam film Hobbit atau yang
sejenisnya. Sekali lagi luar biasa. Untuk traveller yang suka tantangan, tempat
ini sangat wajib dikunjungi. Mungkin yang suka climbing, tempat ini juga
tantangan yang masuk akal untuk diterima, bagaimana?
Curug Cibalinaga diberi nama
tersebut mungkin karena meliuk seperti naga yang meliuk dari batuan besar.
Dengan ketinggian sekitar 100 m lebih di bawahnya adalah hamparan hutan belukar
dan ditambah keheningan alam menambah kesan kokoh dan agung tetapi sekaligus
indah. Curug ini tidak mungkin dikunjungi tanpa persiapan dan peralatan
pendakian yang layak. Di sebelah kirinya adalah Curug Nyogong yang induknya
mengalir dari ketinggian sekitar 80 m. Aliran dari induk Curug Nyogong jatuh ke
batu besar kemudian belok mengikuti tikungan batuan, itulah yang menjadi curug
tersebut. Nyogong dalam Bahasa Sunda berarti menikung. Jatuhan air dari batuan
yang menikung itulah yang dapat dinikmati karena posisinya yang terjangkau.
Dari tempat pemandangan luas
dua curug kita masih melewati semak belukar dan kebun penduduk hingga mencapai
saluran irigasi. Jalan sedikit mengikuti jalur irigasi, sampailah kita di Curug
Nyogong. Di lokasi Curug kita dapati curug yang sangat deras airnya menuju
sungai. Di musim hujan kita tidak boleh
lengah karena batuan yang licin dan langsung jatuh dengan aliran yang sangat
deras. Terlebih apabila hujan juga turun sangat deras dikhawatirkan ada banjir
bandang. Selebihnya nikmati pemandangan dan segarnya air Curug Nyogong.
12. Curug Cisarua
Lokasi : Kampung Sampalan Desa Sukamurni Kecamatan Cilawu Kabupaten Garut
Salah satu curug indah yang terletak di kaki Gunung Cikuray adalah Curug
Cisarua. Untuk menuju curug ini, dari jalan raya Singaparna – Garut masuk
searah dengan Curug Cihangawar. Hanya
saja ketika ada simpang jalan ke arah Cihangawar, kita tetap ambil jalan lurus.
Perjalanan masih cukup jauh yaitu sekitar 8 km dari simpang jalan ke
Cihangawar. Jalan desa Sukamurni relatif baik meskipun sempit apabila berpapasan
dengan mobil dari lawan arah. Perjalanan baru berhenti setelah sampai pada
jalan buntu. Kita sebaiknya cari tempat parkir menumpang di halaman rumah
penduduk.
Dari tempat parkir perjalanan menuju curug kita lanjutkan dengan jalan
kaki. Ada 2 curug Cisarua yaitu yang di bawah dengan ketinggian sekitar 8m dan
yang di atas sekitar 40 m. Tetapi kedua curug tersebut mempunyai debit air yang
deras dan punya keindahan tersendiri. Sebaiknya ambil kesempatan mengunjungi Curug
Cisarua di atas. Perjalanan sekitar 2 km, tetapi medan yang harus dilalui
sangat melelahkan karena tanjakan yang cukup terjal.
Setelah melalui tanjakan kita akan melalui areal padang rumput.
Disinilah pemandangan sangat indah. Terlihat air terjun dari kejauhan dengan
hamparan rumput dan semak belukar di hadapan kita. Mungkin kita bisa berfoto
ria di tempat ini. Ada sebuah batu besar yang menjadi semacam ikon di tempat
ini karena berlatar belakang hutan dan air terjun.
Oya, ada semacam tempat transit bagi wisatawan yang disebut kampung
hijau. Memang diharapkan pengunjung disini tidak membuang sampah sembarangan,
begitu tulisan di spanduk. Ada penduduk yang menggembala ternak di tempat ini
sekaligus sebagai penjaga lokasi tempat ini. Sebelum kita melanjutkan
perjalanan sekitar 300 m lagi, ada baiknya kita memberikan semacam tanda
numpang lewat dengan memberikan semacam uang seikhlas kita, hitung – hitung sedekah.
Akhirnya kita sampai di Curug Cisarua yang menakjubkan. Kalau sedang
musim hujan debit air sangat deras, keliatan lebih megah. Di musim kemarau pun
debit air masih cukup banyak. Kita bisa mandi di air terjun ini, meskipun kita
tetap harus hati – hati karena bebatuan licin dan tajam. Curug Cisarua yang kita lihat ini selain indah juga
airnya yang dingin, segar dan jernih. Seandainya kita tidak membawa bekal
minum, rasanya minum air dari air terjun ini masih aman.
Dari curug atas kita bergerak lagi ke curug bawah. Curug ini memang
tersembunyi di antara semak belukar. Untuk itu kita harus banyak bertanya ke
penduduk yang ada, mengingat tidak ada trek khusus, hanya mengandalkan petunjuk
lisan. Sekitar lebih 1 km dari curug di atas kita berjalan dengan arah menurun.
Sama melelahkan juga.
Setelah perjalanan tersebut kita sampai juga di curug di bawah. Curug di
bawah ini meskipun tidak setinggi dan semegah dari curug di atas namun suasana
nyaman dan segar terasa di sekitar curug ini. Belum ada nama khusus, anggap
saja ini sebagai Curug Cisarua di bawah. Curug di bawah ini kita juga dapat
mandi berbasah ria. Sekali lagi harus hati – hati, karena di curug ini pernah jatuh
korban jiwa. Sama seperti dengan korban jiwa di curug di atas, penyebabnya
sepele yaitu terpeleset di batuan besar lalu terjadi perbenturan menyebabkan
korban mengalami gegar otak. Meskipun demikian kita tetap bisa menikmati
keindahan curug ini. Air curug ini juga dingin, segar dan jernih. Yakin, pasti
anda akan tergoda mandi di curug ini.
13. Curug Batu Nyusun (Curug Cisarua)
Lokasi : Kampung Cikuda, Desa Pangrumasan, Kecamatan Peundeuy
Sumber foto : https://dyaiganov.wordpress.com/2015/12/28/curug-batu-nyusun-curug-cisarua/
14. Curug Jagapati
Lokasi : Kampung Padarame, Desa Neglasari, Kecamatan Cisompet
Sumber foto : http://jelajahgarut.com/curug-jaga-pati/